Kamis, 29 Juli 2010

Diana Ekarini : Sembuhkan Leukeumia anak dengan sedekah

Abi awalnya anak yang sehat. Tahun 2005 kaki Abi bengkak-bengkak seperti keseleo. Lalu saya bawa ke dokter dan dokter mengatakan bahwa Abi kena atritis (radang selaput sendi),” kisah wanita asal Bandung ini. Selama itulah Abi kemudian diterapi dengan obat-obatan radang selaput sendi.

November 2006, keluarga Diana berlebaran di Jambi, kampung halaman suaminya. “Di Jambi Abi akut lagi. Walaupun saya udah bawa obat-obatan dari bandung, tapi tetap saja kondisi Abi saat itu drop,” tukas ibu yang hingga saat ini berdomisili di Bandung beserta keluarganya ini.

“Pas malam takbir Abi bisa jalan, tapi masih pucat. Akhirnya saya putuskan untuk kembali ke Bandung dan konsultasi dengan dokter yang selama ini menangani atritis Abi,” ujar mantan pramugari yang sekarang membuka usaha salon di daerah Bandung ini. saat dokter memeriksa Abi, leukositnya turun dan dokter menemukan blast (sel-sel darah putih jahat) di darah putih Abi.

Disanalah Diana mendapati kenyataan bahwa tunggalnya divonis leukemia. “Anehnya saya masih bisa berdiri tegar saat dokter mengatakan ini. padahal sebelum saya ada ibu-ibu yang sampe guling-guling shock dengan vonis penyakit anaknya. saya hanya bertanya pada dokter, ‘tapi ka nada obatnya dok?’“ ujar Ibu kelahirang 2 Januri 1972 ini.

Saat itu dokter menjawab bahwa obatnya adalah kemoterapi. “Nah, saat mendengar kemo itulah saya goyah,” kenangnya. Di benak Diana kemo selalu berhubungan dengan rambut botak dan kulit gosong.

“Ternyata rambut botak dan kulit gosong itu adalah Cuma efek paling ringannya kemo,” tuturnya pahit. “Saya memutuskan menolak kemo. Saat itu saya piker saya harus mencari alternative (pengobatan alternative, red) tapi jangan yang bertentangan dengan agama. Saya maunya yang pake logika aja. Misalnya anak saya kan bengkak-bengkak kakinya jadi jangan dipijit, jadi cari alternative yang misalnya mengalirkan energi,” ujarnya.

Dalam pencariannya Diana pun menemukan sebuah pengobatan alternative yang mengandalkan obat-obatan berupa suplemen di daerah Sukabumi. Merasa cocok dengan pengobatan ini, ia lalu memutuskan untuk serius mengobati sang buah hati disana.

“Awalnya cocok, tapi selang beberapa bulan kondisi Abi drop lagi. Sampe therapist disana bilang, ‘Bu, suplemen terbaik sudah saya berikan untuk Abi, mungkin jalan satu-satunya Abi harus kemo’,” tuturnya. Lagi-lagi untuk kedua kalinya Diana menolak kemoterapi. “Saya bilang waku itu ‘daripada kemo mendingan uangnya buat sedekah’” tuturnya.

Therapist disana terkejut dengan jawaban Diana. Ia lalu menganjurkan Diana untuk mendatangiUstad Yusuf Mansyur. Awal pencarian Diana pun dimulai. Ia mencari ustad Yusuf Mansur untuk terapi sedekah.

Tidak mudah menemui ustad yang saat itu sedang naik daun. Namun Diana tak kenal kata menyerah. Hingga kemudian, bertemulah ia dengan ustad muda yang terkenal dengan Wisata Hati-nya itu. Saat bertemu itulah Diana kemudian diminta untuk me-list dosa-dosa yang diperbuatnya.

“Berat juga sebetulnya mengingat itu semua. Tetapi ya itulah syarat yang harus dilakukan dalam terapi di wisata hati,” tukas Diana.

Di terapi itu juga Diana lalu memelajari beberapa ketentuan dalam bersedekah, salah satunya harus ada ijab kabul. Saat itu juga uang yang ia bawa langsung disedekahkan, “hanya menyisakan untuk bayar tol pulang aja,” kenangnya. Sebanyak satu juta rupiah ia ikhlaskan untuk bersedekah.

Sungguh keajaiban Tuhan! Karena tiga hari berselang ia mendapatkan kiriman uang dari seorang temannya di luar negeri, dengan jumlah cukup besar. “Kalau dirupiahkan dapet 10 juta,” kenangnya. Sejak itulah Diana bertekad untuk terus melakukan terapi sedekah.

Meski demikian, kondisi Abi rupanya malah terus memburuk. Hingga kemudian Diana memndatangi dokter yang sama pada saat semula Abi divonis leukeumia.

“Dokter sempat menyalahkan saya yang tidak mau menjalani kemo. Katanya waktu itu, coba sebulan yang lalu Abi dikemo, sekarang udah bisa lari-larian,” Meski begitu Diana tidak berkecil hati. Ia justru meyakini bahwa itulah jalan yang harus di tempuh Abi. Sungguhpun memang Abi kemudian harus di kemo, namun, Diana puas karena telah berusaha. Ia pun akhirnya menjalani keduanya. Kemo dan terus melakukan sedekah.

“Saya dengan hati yang lapang mulai sering sedekah. Saya lalu mulai sering sedekah dan bertambah keyakinan, sampe saya betul betul meyakini bahwa sedekah itu luar biasa,” tuturnya. Keyakinan itulah yang mendorong Diana untuk semakin rajin bersedekah. Lagi-lagi sebuah keajaiban, penyakit Abi berangsur membaik. Bahkan menurutnya, suatu ketika ia mengikhlaskan communicator-nya untuk di sedekahkan dan setelah itu dokter menyatakan tidak ada blast sama sekali dalam tubuh Abi.

Meski saat ini Abi masih menjalani terapi kemo dan Diana masih melakukan terapi sedekah, namun, hal ini telah membuat Penerbit Mizan memintanya untuk menuliskan kisah tersebut. “Saya menolak awalnya karena pada Abi masih proses, namun, setelah saya berkonsultasi pada Ust. Yusuf Mansur, beliau bilang, sebaiknya saya tulis dan diniatkan untuk ibadah,” tuturnya.

Buku kisah nyata terapi sedekah cinta itu kini bisa di baca banyak orang. Diana berharap dengan menuliskan pengalamannya mengobati Abi dengan bersedekah bisa menginspirasi banyak orang tentang keajaiban sedekah.
Baca Selengkapnya..

Rabu, 28 Juli 2010

Kisah pilu bocah korba Tsunami

BANDA ACEH - Tsunami telah merampas kehidupan Rian. Tinggal sebatang kara tanpa keluarga, kini dia harus mengais rezeki dari kaki ke kaki.

Bocah itu memasuki sebuah warung kopi di kawasan Taman Sari, Banda Aceh. Matanya menatap tiap sudut yang diisi pengunjung, kemudian didekatinya untuk menawar jasa menyemir sepatu.

Begitulah aktivitas Rian Saputra (13) saban hari. Usai berstatus yatim piatu, hidupnya berubah 180 derajat. Rian jadi anak liar setelah ditinggal kedua orangtuanya yang raib ditelan musibah tsunami lima tahun silam.

Bermodal sepeda hibah seorang dermawan dan sebuah kotak berisi perkakas semir sepatu, dia berpetualang dari satu warung ke warung lainnya di Banda Aceh, untuk mengais rezeki tiap hari. Pendidikannya pun rela dikorbankan.

"Nggak sekolah lagi," kata Rian singkat.

Usai lulus di SD Muhammadyah Banda Aceh. Rian sempat melanjutkan ke SMP 17 Banda Aceh. Tapi beranjak naik kelas II, dia keluar dan memilih jadi penyemir sepatu. "Saya bisa beli apa yang saya suka dengan bekerja seperti ini," ujarnya.

Rian kerap dibayar Rp5 ribu tiap sepasang sepatu yang disemirnya. Dia menolak menyebutkan jumlah omset didapatnya sehari, bahkan kepada ibu angkatnya sekalipun.

Rian asal Dusun Tongkol, Desa Ulee Lheu, Kecamatan Meuraksa, Banda Aceh. Saat tsunami menghujam Aceh 26 Desember 2004, kawasan itu lenyap. Sekitar 14 ribu warga di sana termasuk keluarga Rian jadi korban.

Selamat dari amuk ombak gergaji, Rian dibawa oleh orang yang tak dikenalnya ke Lhoksuemawe, Aceh. "Di sana dia disuruh kerja semir sepatu. Sempat bekerja beberapa bulan kemudian dia lari karena merasa dirinya mau dijual," tutur Nilawati (40) ibu angkat Rian saat ditemui okezone, di rumahnya, beberapa waktu lalu.

Terlunta-lunta di kota kaya minyak dan gas alam itu, Rian akhirnya diboyong seseorang ke Banda Aceh. Nilawati dan suaminya Salmi (45) menampung bocah malang itu di rumah kumuh miliknya di bantaran Krueng Daroy, Blower, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh sejak 2007.

Nilawati dan Salmi bukan keluarga berada. Untuk menutupi biaya hidup, keduanya bekerja menjaja makanan ringan dan membakar jagung saban sore di Pantai Ulee Lheu. Pendapatannya sehari jauh dari cukup.

Keduannya memiliki enam anak. Kehadiran Rian di rumah berkontruksi kayu mirip gubuk itu jelas menambah beban biaya keluarga sangat sederhana itu. Tapi, Nilawati mengaku ikhlas menampung Rian. "Apa yang kami makan, kami kasih untuk dia. Rian sudah kami anggap anak kami sendiri, kami ikhlas, apalagi dia sudah yatim piatu," ujarnya.

Nilawati ikut membiayai Rian melanjutkan sekolahnya dan mengaji di Taman Pendidikan Alquran (TPA) seperti anak lain seusianya. Tapi, bocah itu lebih memilih bekerja.

Hidup Rian yang keras, membuatnya tertutup. Dia tak mengungkap alasannya meninggalkan bangku sekolah. Bahkan dia juga enggan berkisah kehidupannya bersama keluarga kandung sebelum tsunami. "Malah saya sendiri tidak tau nama orangtua kandung dia itu siapa," kata Nilawati.

Dia juga tak mudah percaya kepada semua orang. Kalau belum dikenalnya, sulit diajak berbicara. Malah, ada beberapa yang mendekati Rian dan mengakunya orangtua bocah itu, tapi Rian menolak tak mau ikut.

Tiga tahun bersama keluarga Nilawati beberapa orangtua asuh sempat mendekati Rian untuk diangkat menjadi anaknya. Tapi, Rian lebih memilih hidup di keluarga Nilawati.

Ironinya, meski dia korban tsunami, Rian tak pernah mendapat bantuan dari Pemerintah. Warisan orangtuanya juga tak diketahuinya. "Rian tidak pernah dapat bantuan. Kami tidak berharap dibantu, tapi setidaknya ada kepedulian Pemerintah," ujar Nilawati.

Selama Piala Dunia 2010 bergulir kehidupan Rian makin misterius. Dia jarang pulang ke rumah, kecuali untuk mengganti baju. Nilawati sendiri sulit mendeteksi keberadaan anak angkatnya itu. "Saya sudah nasihati dia, tapi memang Rian susah diatur jadi saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya nggak mau dia tersinggung," tuturnya.

Mirisnya nasib Rian. Di saat anak seusianya mendapat pendidikan dan kehidupan layak, dia justru jadi bocah liar, bergerliya di jalanan.

Malam itu, jam menunjukkan pukul 19.40 WIB. Di balik meja-meja pengunjung, Rian pelan hilang meninggalkan warung kopi di kawasan Taman Sari, Banda Aceh. Mendayung sepeda sambil menenteng sebuah kotak kayu, dia kembali melanjutkan petualangnya ke warung lain, menawarkan jasa, untuk kaki-kaki bersepatu.(hri)
Baca Selengkapnya..

Minggu, 25 Juli 2010

Ayahku tukang batu

Action & Wisdom Motivation Training

"Wo ba ba shi jian zhu gong ren"

Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang
putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai
tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di
kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya.
Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya,
dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang
tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di
perusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawab
bekerja sebagai apa.

Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan
yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak
dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai
tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak
semata wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan
perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari
keadaan yang sebenarnya telah melukai hatinya.
Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis.
Si putri lebih banyak menghindar jika bertemu
dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di
kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan.
"Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah
seorang tukang batu," keluhnya dalam hati.
Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk
melakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak
putrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauh
dari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putri
mengikuti kehendak ayahnya.
Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman,
si ayah berkata,
"Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai
sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu.
Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah
tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan jarang
melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan
sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada
di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indah
karena ayah salah satu orang yang ikut membangun.
Memang, nama ayah tidak tercatat di sana,
tetapi keringat ayah ada di sana.
Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di mana
ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari
gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa
bekerja dengan baik hingga hari ini."
Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana.
Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah pun
melanjutkan penuturannya,
"Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan
yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa pun
pekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai
dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa
itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."
Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri
segera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata,
"Maafkan putri, Yah. Putri salah selama ini.
Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah
seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah."
Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.

Pembaca yang budiman,
Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan
dirinya sendiri apa adanya. Entah itu
masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan,
dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri
atas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi
dengan identitas dan keadaan yang dipalsukan.
Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan
yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalam
keadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan.
Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.
Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu,
jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas.
Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan dan
integritas sebagai manusia.
Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini
adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari
apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja
keras adalah keberanian!

Salam Sukses Luar Biasa!!!!
Andrie Wongso
Baca Selengkapnya..

Senin, 12 Juli 2010

Buang racun tubuh dengan tidur

Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan jika melakukan aktivitas tidur dengan kuantitas dan kualitas yang baik.

Selain bisa meningkatkan kekebalan tubuh dan menjadi obat kecantikan alami, aktivitas tidur yang dijalani secara normal 7-8 jam tiap malam bisa membantu tubuh melakukan detoksifikasi alami untuk mengusir racun dalam tubuh.

“Tubuh kita secara alami bisa membersihkan racun dengan tidur yang berkualitas dengan kuantitas yang cukup,” kata DR Lily G Karmel MA dari Fit 'n Chic Family Fitnes saat ditemui di acara Seminar Hipertensi pada Peringatan Hari Hipertensi Sedunia tahun 2010 di Kantor Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian Kesehatan di Percetakan Negara, Jakarta, Senin 12 Juli 2010.

Lewat pemaparannya dalam seminar, berikut penggalan waktu tubuh melakukan detoksifikasi alami saat tidur:

21.00 - 23.00 : secara alami melakukan detoksifikasi tubuh dan pertumbuhan. Umumnya, proses pertumbuhan pada anak-anak terjadi pada waktu ini. Karena itu, jangan biarkan si kecil tidur lebih dari pukul 9 malam.

23.00 - 01.00 : terjadi proses pembersihan liver atau hati

01.00 - 03.00: detoksifikasi empedu

03.00 - 05.00: detoksifikasi paru-paru

05.00-07.00 : detoksifikasi usus besar

Tak hanya itu, DR Lily menambahkan, saat aktivitas tidur pukul 24.00-04.00 tubuh bahkan tak henti bekerja. Aktivitas sumsum tulang belakang terus memproduksi darah ketika kita sedang terlelap tidur.

“Untuk itu, lakukan tidur berkualitas dengan kuantitas cukup, sekitar 7-8 jam per malam,” katanya menegaskan.
Baca Selengkapnya..

Minggu, 11 Juli 2010

Sendiri

Suatu waktu di mana kita tak bisa menghindarinya. Banyak momen di mana kita harus tinggal seorang diri; saat di kamar mandi; saat di rumah tak ada orang kecuali kita; saat berada di sebuah ruangan warnet. Saat kesendirian itu muncul, saat di mana setan dengan gencarnya menggoda kita. Karena biasanya, kita akan jauh lebih semangat beribadah ketika ada orang di sekitar kita. Apalagi jika orang yang di dekat kita adalah orang yang shalih, yang senantiasa “menularkan” kebaikan pada diri kita. Ketika penghalang itu tak ada, setan pun dengan leluasa menerobos masuk dalam hati dan pikiran kita.

Karena iman yang lemah, kita pun kerap terjebak pada bujuk rayu setan. Kita menuruti apa mau setan. Tadinya kita rajin shalat, membaca al-Quran, tiba-tiba menjadi makhluk jalang yang bersuka cita pada kemaksiatan. “Ah... tidak ada yang melihat saya melakukannya,” bisiknya dalam hati.

Saat kesendirian itulah keimanan kita sedang diuji, apakah kita benar-benar mencintai Allah dengan setulus hati, apakah kita hanya takut kepada-Nya ataukah ibadah yang kita lakukan selama ini hanya sandiwara dan ingin dipuji oleh orang yang sedang bersama kita?

Saat sendiri, berarti kita hanya berdua-duaan dengan Allah. Alangkah baiknya kita gunakan kesempatan itu untuk bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah. Ketika dalam keramaian kita berdzikir seratus kali. Maka saat sendirian, kita harus lebih dari itu. Uwais al-Qarny Ra. pernah berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang bisa mengenal Tuhannya, sementara dia lebih banyak bersama selain-Nya.”

Suatu ketika, di malam yang dingin dan sunyi, Imam Abu Hanifah bermunajat di sebuah masjid. Di sana beliau menghabiskan waktunya dengan shalat, dzikir, dan berdoa hingga shubuh. Tak disangka, ada orang yang melihat ibadahnya itu. Setelah mengetahui ada yang memperhatikannya, beliau lalu berkata kepada orang tersebut agar merahasiakan perihal apa yang dilihatnya.

Diriwayatkan bahwa Imam Malik tidak terlalu banyak melaksanakan puasa dan shalat sunnah. Akan tetapi, kesendiriannya dipenuh dengan hal-hal yang berguna dan bermakna.

Seorang ulama bernama Umar Tilmisani pernah menceritakan pengalamannya. Di suatu malam, Imam Hasan al-Banna – gurunya – memanggil namanya, “Ya Umar, apakah engkau sudah tidur?” Lantas Umar menjawab, “Belum ya syaikh.” Kemudian Imam Hasan al-Banna kembali masuk ke kamarnya. Beberapa saat kemudian Imam Hasan al-Banna kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Tapi kali ini Umar sengaja tidak menjawabnya, karena pasti nanti akan bertanya lagi hal yang sama. Umar pura-pura tidur.

Setelah tidak ada jawaban dari Umar, Imam al-Banna masuk kembali ke kamarnya. Beberapa saat lamanya pertanyaan yang sama tidak segera muncul, Umar pun melihat apa yang dilakukan gurunya itu di dalam kamarnya. Demi melihatnya, Imam Hasan al-Banna sedang bermunajat dengan tangisan menyayat hati. Akhirnya tahulah Umar, jika gurunya itu menginginkan kesendirian dalam bermunajat kepada-Nya, sehingga amalan hanya semata-mata karena Allah.

Sungguh asyik berdua-duaan bersama Allah sehingga Allah akan menganugerahi cahaya pada wajah kita. Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya, “Kenapa orang yang rajin shalat malam wajahnya tampak bercahaya?” Imam Hasan menjawab, “Karena dia berdua-duaan dengan Allah sehingga Allah menghadiahinya sebagian dari cahaya-Nya.”

Seorang yang taat di kala ramai maupun sepi akan mereguk manisnya iman. Dia akan mendapatkan peningkatan kualitas iman dalam dirinya. Sesungguhnya semua ibadah yang kita lakukan untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Kita berlaku demikian laksana melemparkan kayu Hindi (bahan minyak wangi) ke tengah bara api, kemudian wanginya tercium oleh manusia, namun mereka tak tahu dari mana sumber wewangian itu.

Ada orang yang jika kita mendekatinya terasa damai. Ketika menatap wajahnya, semakin mendorong kita untuk banyak mengingat Allah. Semakin bergaul akrab dengannya, terasa kebaikan-kebaikannya. Cintanya kepada kita bukan kamuflase sesaat, tetapi merupakan cinta murni yang datang dari-Nya. Terasa di sekeliling kita “harum mewangi” ketika kita bersamanya.

Namun, ada orang yang jika kita semakin dekat dengannya, hati kita semakin hampa, keras membatu, dan kotor oleh maksiat. Mungkin pada mulanya, kita menganggapnya orang baik. Namun lama kelamaan ketahuan belangnya, hatinya lebih busuk dari bangkai dan lebih kejam dari binatang liar. Merekalah orang-orang yang hanya taat di kala ramai, namun berbuat maksiat di saat sendiri.

Barangsiapa yang kesendiriannya baik dan penuh makna, akan menyebarlah aroma keutamaannya dan hati pun akan senantiasa mencium wewangiannya. Jagalah perilaku Anda dalam kesendirian, karena hal itu sangat bermanfaat.
Baca Selengkapnya..

Takut rejeki

Setiap muslim umumnya mengetahui dan menyadari bahwa yang memberi rezeki kepada setiap makhluk adalah Allah. Yang kurang adalah keyakinan akan adanya jaminan rezeki dari Allah. Kepada sang teman, akupun tidak ingin menasehatinya macam-macam, aku hanya berbagi pengalaman hidup dengannya. Bahwa ujian yang dialaminya juga dialami orang lain, termasuk aku dan suamiku.

Dahulu, belasan tahun yang lalu. Setelah selesai kuliah, mulailah aku melamar kerja. Pada waktu itu, wanita yang berjilbab dan mengenakan busana muslimah belum menjamur seperti sekarang. SK tentang jilbabpun belum turun. Ada 2 buah lamaran yang aku buat. Salah satunya lamaran ke sebuah bank. Aku terpanggil untuk mengikuti test. Ternyata aku lolos test, kemudian diinterview. Dari interview aku diberitahukan bahwa ketika bekerja tidak diperkenankan memakai jilbab. Dengan syarat tersebut aku memilih mundur.

Pada waktu itu, banyak pihak yang menyesalkan keputusanku. Menurut mereka, aku tidak usah terlalu fanatik, bongkar pasangkan tidak masalah. Aku sendiri berfikir, jika kita bersungguh-sungguh menolong agama Allah, maka Allah akan lebih bersungguh-sungguh menolong kita. Dan Allah bukanlah Tuhan yang suka mengecewakan hambaNya. Berangkat dengan keyakinan tersebut dan prasangka baik kepada Allah, aku mantap dengan keputusanku.

Ternyata, lamaranku yang kedua, ke sebuah perusahaan properti juga diterima. Belajar dari pengalaman sebelumnya, maka ketika aku di wawancara, sebelum ditanya macam-macam, akupun memberanikan diri untuk bertanya.
“Sebelumnya saya minta maaf, saya ingin bertanya, jika saya diterima diperusahaan ini, apakah saya boleh tetap memakai jilbab selama bekerja?” tanyaku
“Boleh-boleh saja, tidak masalah.” Jawab Bp.H yang pada waktu itu mewawancarai aku.
Alhamdulillah, ternyata aku di terima bekerja di perusahaan itu.

Suamipun mengalami ujian masalah rezeki. 3 bulan sebelum pernikahan kami, kontrak kerja suami (calon suami pada waktu itu) tidak diperpanjang. Padahal issue yang beredar ia akan diangkat sebagai pegawai tetap. Baik aku maupun suami tidak “heboh” menyikapi hal tersebut. Yang heboh justru orang lain. Bayangkanlah, hendak menikah, tetapi jadi pengangguran.

Suami tidak khawatir, karena ia yakin, sekiranya sudah jatuh kewajibannya untuk menafkahi keluarga, maka Allah akan memberinya kemampuan untuk melaksanakan kewajibannya. Aku sendiri, biasa saja mendengar berita tersebut. Karena yakin, sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keyakinan suamiku. Alhamdulillah, sebulan setelah menikah, suami kembali bekerja dan dalam jangka 1 bulan langsung diangkat sebagai pegawai tetap. Ini adalah bukti atas keyakinan yang utuh atas jaminan Allah. Dan prasangka baiknya bahwa Allah akan memberi ganti pada saat yang tepat, benar-benar menjadi kenyataan.
...
Rasa gelisah akan rezeki hari esok, bukan tentang sulitnya mencari pekerjaan. Bukan tentang kita hanya lulusan SMA, atau kita tidak memiliki pengalaman kerja. Inti persoalannya terletak pada masalah keyakinan dan prasangka baik kita kepada Allah.

Tidak optimis perihal rezeki sesungguhnya karena kita tidak memiliki keyakinan. Sikap inilah yang kemudian membuat kita khawatir, kekhawatiran yang pada akhirnya membuat kita tidak lagi aware terhadap halal atau haramnya penghasilan kita. Padahal, empat bulan dalam kandungan, setiap insan telah Allah tetapkan bagian rezekinya masing-masing. Padahal, Allah menjamin bahwa tidak satupun bintang yang melata, kecuali telah Allah tetapkan rezekinya. Artinya, bagian rezeki untuk kita pasti ada dan pasti sampai.

Selain yakin, bahwa Allah menjamin rezeki bagi setiap makhlukNya, hal lain yang juga sangat penting adalah Husnuzhan atau prasangka baik kepada Allah. Karena Allah senantiasa menurut prasangka hamba-hambaNya. Jika kita berprasangka, bahwa Allah akan memberi kita rezeki dan mencukupi kebutuhan kita, Insya Allah rezeki akan sampai kepada kita dan Allah akan penuhi kebutuhan kita. Yang perlu menjadi catatan adalah, rasa yakin di sini tentu saja rasa yakin yang disertai tindakan aktif. Maksudnya adalah, ibadah hati dengan rasa yakin , dan anggota badan melakukan ikhtiar maksimal.

Karenanya, ketika seorang hamba memilih untuk mengambil yang haram, setidaknya ada dua hal yang mendasari. Yang pertama adalah karena su’uzhzhan atau buruk sangka kepada Allah. Ia menganggap Allah tidak akan menganugerahinya rezeki yang baik dan halal. Yang kedua adalah ketidakmampuan untuk bersabar atas ujian Allah.

Prasangka baik dan juga keyakinan, tidak dapat tumbuh, jika hubungan kita dengan Allah tidak baik. Jadi kunci untuk dapat yakin dan senantiasa berprasangka baik terletak pada hubungan yang baik dengan Allah. Makin baik hubungan kita dengan Allah, makin yakinlah kita terhadapNya. Wallahua’lam.
Baca Selengkapnya..

Minggu, 04 Juli 2010

Rahasia di balik perintah tidur disisi tubuh bagian kanan

Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan".

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengarahkan manusia agar tidur berbaring di atas sisi sebelah kanan, lalu ilmu pengetahuan datang mengungkap manfaat-manfaat apa yang diperintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Majalah Times mempublikasikan hasil kajian yang menunjukkan peningkatan angka kematian pada anak-anak yang tidur telungkup di atas perut mereka. Seorang peneliti Australia memperhatikan adanya peningkatan angka kematian pada anak-anak ketika mereka tidur telungkup di atas perut mereka.

Adapun tidur terlentang di atas punggung, tidur seperti ini menyebabkan pernafasan mulut. Sementara tidur berbaring di atas sisi sebelah kiri, juga tidak diterima. Karena pada posisi ini, jantung berada di bawah tekanan paru-paru kanan, dan yang merupakan lebih besar dari paru-paru kiri. Sehingga tidur berbaring di atas sisi sebelah kanan adalah posisi tidur yang benar.

(100 Mukjizat Islam, Karya Yusuf Ali al-Jasir, Pustaka Darul Haq)
Baca Selengkapnya..

Ketika penderitaan menghampiri

Ada seorang teman yang baru terkena PHK dari kantornya. Hatinya gundah dan sedih. Hidupnya terasa gelap, tiada lagi ada harapan. Dalam kesendirian dia berdoa dan menangis. Entah sudah berapa hari tidak keluar dari rumah. Ditengah kesedihannya selalu meratapi nasib buruk yang menimpa dirinya. Hidupnya terasa paling menderita didunia.

Sampai kemudian terdengar suara pintu rumah diketuk, TOK..TOK...TOK! Beberapa kali, begitu dibuka ternyata seorang bapak tua yang tinggal disebelah rumahnya. Bapak tua itu seorang pensiunan yang tinggal sendiri. Istrinya baru meninggal dunia, anak-anaknya sudah dewasa dan ikut suaminya diluar kota. Bapak tua itu hidup sendirian.

'Assalamu'alaikum Dek, Bapak boleh duduk?' kata Bapak tua dengan suara yang terdengar lemah. Dia kemudian menjawab, 'Wa'alaikum salam, silahkan Pak,' beberapa kali dia mengusap air matanya yang dipipi. Setelah mereka berdua duduk diam membisu begitu lama. Bapak tua itu bertutur, 'Bapak lelah Dek, dalam sendirian, anak-anak tidak ada yang peduli dengan orang tua ini. Bapak selalu datang menjenguk mereka tapi mereka selalu tidak peduli. Kenapa dihari tua hidup saya malah menderita?' Ucap bapak tua.

DEG! Hatinya berdegup kencang. Ditengah penderitaannya ternyata ada orang yang lebih menderita daripada dirinya. Ditengah kesedihannya ternyata ada orang yang lebih bersedih daripada dirinya. 'Bapak, barangkali putri-putri bapak sekarang sedang sibuk. Bukankah dalam kesendirian bapak masih memiliki Allah Subhanahu Wa Ta'ala? Dengan berdzikir bapak akan merasa tenteram dan tidak sendirian.' Akhirnya ditengah kesedihannya malah menolong, menghibur dan berdoa bersama bapak tua agar tabah dan sabar dalam menjalani hidup ini.

Di tengah menghibur bapak tua itu, dia bersyukur , 'Ya Allah, ditengah penderitaan yang aku rasakan, aku masih bisa menolong, menghibur, mendoakan, orang yang justru lebih menderita dari pada diriku. Terima kasih Ya Allah penderitaan yang Engkau berikan kepadaku membuat aku bisa membantu meringankan penderitaan orang lain.'

--
Barang siapa melakukan perbuatan yang dicintai oleh Allah kepada seorang muslim agar orang muslim tersebut merasa bahagia, Allah akan memberikan padanya kebahagiaan pada hari kiamat nanti (HR. Thabrani).

Wassalam,
agussyafii
Baca Selengkapnya..

Sabtu, 03 Juli 2010

Memperbaiki Hardisk karena Bad Sector

Gejala gejala yang terjadi bila ada yang bad sector :
Lambat
Hal ini dikarena sistem operasi melakukan pengecekan (read/write) secara berulang-ulang hingga pada akhirnya di lewati (skip)
File Korup
misalkan ada data berukuran 200 kilobyte dan kebetulan di salah satu sector untuk menyimpan file tersebut terjadi bad sector maka file akan dianggap rusak. Kalaupun bisa dibuka kemungkin tidak 100% sempurna.
Solusi memperbaiki bad sector
Download hiren bootcd
Burn file image hiren ke dalam CD menggunakan nero
Jalankan komputer dengan boot melalui CD hiren
Pilih menu HDD regenerator
pilih harddisk (misalkan harddisk lebih dari satu) yang mengalami bad sector
kemudian langsung enter dan tunggu hingga selesai
semakin besar kapasitas hdd anda maka semakin lama proses scanningnya.
jika sudah menemukan bad sector semuanya sebaiknya dicatat untuk pengulangan proses scanning.
Kalo rumah kalian keseringan listrik mati, siap-siap dah itu harddisk bakal Bad Sectornya..
Ada juga loh HDD bad sector yang tidak bisa diperbaiki.. kalo gini sih tinggal....

Info2 dan tips2 komputer: www.computerdesktop.tk
Baca Selengkapnya..